suku asmat

    Suku Asmat adalah suku yang berasa dari Provinsi Papua Selatan. Suku Asmat banyak dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat dibagi menjadi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di pedalaman. Pola hidup, cara berpikir, struktur sosial dan keseharian kedua kategori suku Asmat tersebut sangat berbeda. Untuk mata pencaharian misalnya, suku Asmat di pedalaman biasanya memiliki pekerjaan sebagai pemburu atau petani kebun, sementara mereka yang tinggal di pesisir lebih memilih menjadi nelayan. Kesamaannya adalah dari ciri fisik, di mana suku Asmat rata-rata pria memiliki tinggi sekitar 172 cm dan 162 untuk perempuan. Warna kulit mereka umumnya hitam dengan rambut keriting. Kesamaan ini disebabkan karena suku Asmat masih satu keturunan dengan warga Polynesia.

gb Suku Asmat

    Suku Asmat tersebar dari pesisir pantai Laut Arafuru, hingga Pegunungan Jayawijaya. Secara keseluruhan, mereka menempati wilayah Kabupaten Asmat membawahi 7 kecamatan. Luasnya wilayah Kabupaten Asmat, membuat jarak antar kampung atau kampung dengan kecamatan menjadi jauh. Belum lagi tanah yang berawa-rawa, membuat perjalanan antar kampung lainnya bisa mencapai 1-2 jam dengan berjalan kaki. Suku Asmat terkenal dengan tradisi dan keseniannya. Mereka dikenal sebagai pengukir handal dan diakui secara internasional. Ukiran suku Asmat sangat banyak jenis dan ragamnya. Biasanya, ukiran yang mereka hasilkan menceritakan tentang sesuatu, seperti kisah para leluhur, kehidupan sehari-hari, dan rasa cinta mereka kepada alam.


    Selain seni ukir, suku Asmat menyenangi tari dan nyanyian yang biasa mereka tampilkan ketika menyambuat para tetamu. Mereka juga menghadapi masa panen, atau pun ritual penghormatan kepada roh para leluhur dengan nyanyian dan tarian. Suku Asmat memang sangat menghormati leluhur mereka, terlihat dari tradisi yang mereka miliki. Meski kebudayaan modern sudah banyak mempengaruhi kehidupan mereka, namun untuk urusan tradisi dan adat istiadat masih cukup kental dan sulit dihilangkan di kalangan mereka.

gb Rumah Bujang
    Dalam tradisi masyarakat suku Asmat dikenal juga bangunan bernama Rumah Bujang atau disebut juga dengan Jew. Rumah ini merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan suku Asmat. Jew merupakan rumah utama, tempat segala aktivitas suku Asmat dilakukan disini. Saking pentingnya, ketika hendak mendirikan Jew harus diadakan upacara khusus terlebih dahulu. Hanya para pria yang belum menikah yang boleh tinggal di rumah Jew. Kecuali ketika ada acara besar, perempuan sesekali boleh masuk ke dalam Jew. Setiap kampung memiliki Jew dan menjadi pusat kehidupan suku Asmat. Perempuan dalam kalangan masyarakat Asmat hanya boleh masuk ke dalam Jew, saat ada pesta atau ritual adat.

    Rumah bujang itu tidak memiliki sekat atau ruangan yang memisahkan antara tungku dengan air. Perapian dan tungku justru  menjadi simbol tempat untuk masing-masing kelompok. Pada tiang rumah Jew dilengkapi ukiran kepala perang, masing-masing kelompok yang telah meninggal. Makna dari penempatan ukiran kepala perang yang meninggal adalah sebagai pedoman bagi masyarakat Asmat dari generasi ke generasi. Dengan begitu, warisan adat tetap mengalir dalam kehidupan warga Asmat dari masa ke masa. Bahkan, ukiran kepala perang itu melambangkan warisan tradisi Asmat yang dilestarikan. Setiap Jew yang dibuat oleh masyarakat Asmat selalu menghadap arah matahari terbit atau sejajar dengan aliran sungai. Sementara, posisi rumah warga masyarakat berada di samping atau di bagian belakang Jew. Posisi Jew juga sebagai penanda dan symbol lingkaran hidup dan cara berkomunikasi serta kebersamaan hidup di masyarakat suku Asmat. 

sumber : https://katadata.co.id/intan/berita/6154212000231/mengenal-suku-asmat-suku-asli-papua-yang-terkenal-dengan-seni-ukir


Agnes Valerie 9B/26

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anjing Pliharaanku

Busana Khas Yogyakarta